#Pembalasan sang mantan
#Fiksi
#Part 14
Adam dan Yudi bergegas pergi kekostan yang dulu ditempati oleh Indah. Lebih kurang 1 jam mereka tiba disana. Tanpa turun dari mobil, Adam memperhatikan rumah kost itu dengan mata yang merah menahan air mata, kostan yang menjadi saksi bisu tragedi cinta buta dan kekejamannya.
"Kamu tunggu disini dulu ya Dam, biar aku yang kesana," kata Yudi kemudian bergegas turun menuju kerumah kostan nomor 13.
"Permisi...permisi..." Yudi mengetuk pintu. Tidak ada sahutan, sepertinya kostan ini kosong. Yudi berusaha mengintip dari jendela, terlihat sepi tanpa penghuni. Yudi segera kembali kemobil menemui Adam.
"Gimana Yud, masih kosong?" Tanya Adam tampak tidak sabar.
"Sepertinya kosong Dam, dengan begitu akan mempermudah kita mengevakuasinya," kata Yudi bersemangat. Yudi langsung menghubungi orang yang akan membantu mereka mengangkat jenazah Indah dan seorang ustad yang akan membantu proses pemakamannya nanti.
Tidak begitu lama, orang yang akan membantu mereka sudah datang, Adam segera menunjukkan letak sumur tua itu. Agak sulit mengevakuasinya, karena sumur itu lumayan dalam, tapi untung saja tidak ada airnya.
Setelah bersusah payah, akhirnya jenazah Indah dapat diangkat. Adam terduduk lemas sembari menangis menyaksikan tubuh Indah yang hanya tinggal tulang belulang.
"Maafkan aku Indah...ampuni aku..." ucap Adam penuh penyesalan.
"Sudah Dam, yang sudah terjadi tidak bisa disesali, yang terpenting sekarang adalah kamu mau bertobat dan bertanggung jawab," kata Yudi berusaha menenangkan Adam.
Dengan langkah gontai, Adam meninggalkan tempat itu dirangkul oleh Yudi sahabatnya.
Proses pemakaman jasad Indah telah selesai dilakukan dengan bantuan seorang ustad. Adam kembali tersungkur dan menagis tersedu dipusara orang yang telah disakitinya itu. "Indah maafkan kekhilafanku, aku menyesal Indah, benar2 menyesal," ratap Adam sembari memeluk nisan Indah.
"Sudah Dam, hari mulai gelap, ayo kita pulang," ajak Yudi sembari mengangkat bahu Sahabatnya itu.
Diperjalanan pulang, Adam hanya diam, fikirannya mengembara jauh entah kemana. Sesekali terlihat dia memukul2 kening dengan genggaman tangannya.
"Semoga dengan ini teror Indah akan berakhir ya Dam," kata Yudi berharap.
"Kalau," jawab Adam singkat, dia tampak kurang yakin.
"Kamu harus optimis Dam, jangan pesimis gitu. Kita sudah susah payah loh," kata Yudi menasihati.
*********
Hari sudah malam ketika mereka sampai dirumah Adam. Yudi berniat menginap untuk menemani sahabatnya itu. Mereka berbincang hingga larut malam, sepertinya Adam tidak akan bisa tidur lagi malam ini.
Bik Iyem datang membawakan 2 cangkir kopi dan sepiring pisang goreng. Dia terlihat mengantuk karena hari memang sudah malam.
"Bik Iyem tidur aja, sudah malam," ujar Yudi merasa kasihan.
"Iya Mas," jawab Bik Iyem kemudian berlalu pergi.
Sepertinya malam ini sudah aman, tidak ada sedikitpun gangguan yang dialami oleh Adam. Hingga pukul 4 pagi, Adam dan Yudi baru tidur. Apakah benar2 sudah aman?
"Indah, jangan Indah, aku mohon jangan sakiti Aisyah, dia tidak tau apa2," Adam memohon sambil berlutut dikaki sosok menakutkan itu.
"Apakah kau tidak mencintaiku lagi Dam? Jika kau memilih Aisyah, bagaimana dengan aku? Dengan anak kita?" Kata sosok itu.
"Indah, kita sudah berbeda alam, tidak mungkin kita bersatu," kata Adam berharap Indah mau mengerti.
"Tapi aku mencintaimu Dam, sangat mencintaimu," sosok itu menangis tersedu. "Tidak mungkin bagiku untuk membunuhmu, tapi membunuh gadis itu, itu mungkin," katanya dengan nada mengancam.
"Jangan Indah, aku mohon jangan..." Adam berteriak.
"Adam, kenapa Dam?" Yudi membangunkan Adam yang menjerit2.
Seketika Adam membuka matanya, keringatnya mengucur deras. Nafasnya tampak tersengal2. Berulangkali dia mengusap peluh yang mengalir diwajahnya. "Aisyah..." ucapnya dengan nada khawatir.
"Kamu mimpi Dam?" Tanya Yudi.
"Aku harus menghubungi Aisyah," kata Adam tanpa menjawab pertanyaan Yudi. Segera Adam mengambil ponsel yang tergeletak disampingnya. Dicarinya kontak Aisyah, kemudian dia meneleponnya. Tidak aktif, Adam tampak sangat panik.
Segera dia melompat dari tempat tidur dan menyambar kunci mobil yang tergeletak dimeja. Dengan berlari2 dia keluar meninggalkan Yudi yang tampak bingung.
Adam mengendarai mobil dengan tidak melepaskan injakan kakinya dari pedal gas. Menyusuri jalanan yang masih sepi menuju rumah Aisyah. Sesampainya disana, terdengar jeritan Aisyah.
"Aisyah...Aisyah...," Adam memanggil2 dari depan pintu. Dengan segenap tenaganya, Adam mendobrak pintu rumah Aisyah. Pintu itupun akhirnya terbuka, Adam segera berlari masuk untuk menolong pujaan hatinya itu.
Terlihat Aisyah tergeletak dilantai kamarnya, dia tidak sadarkan diri dengan luka memar dikeningnya.
"Aisyah !" Teriak Adam sembari mendekati tubuh lunglai itu. Dia bingung harus berbuat apa, untuk membopongnya dia tidak berani, karena Aisyah tidak mau bila disentuh seorang laki2. "Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan," teriak Adam.
Adam bersimpuh disamping Aisyah sambil menangis dan sesekali mengusap wajahnya. "Aisyah, tolong sadar Aisyah, tolong jangan buat aku menyentuhmu," ucap adam. Tiba2 Adam teringat sesuatu, "minyak kayu putih," gumamnya lirih. Segera Adam bangkit dan mencari2 benda itu dimeja rias Aisyah, namun tidak ada. Dilihatnya tas yang biasa dibawa Aisyah kekantor tergantung didinding, mungkin disitu. Ternyata apa yang dia cari memang ada didalam tas itu.
Segera Adam membuka tutup botol itu dan mendekatkannya dihidung Aisyah. Tidak lama kemudian, Aisyah membuka matanya.
"Aaahhh...," teriak Aisyah begitu dilihatnya Adam ada disampingnya. "Apa yang Mas lakukan?" Tanya aisyah sambil berusaha duduk.
"Enggak Aisyah, Mas gak ngapa2in kamu," jawab Adam gugup. "Mas berani sumpah Aisyah, Mas gak menyentuh tubuhmu," katanya lagi.
Aisyah berusaha berdiri dengan berpegangan pada meja yang ada didekatnya, dia tampak lemas dan terhuyung seakan hendak terjatuh.
"Aisyah," Adam terkejut, dia berusaha menangkap tubuh gadis itu tapi diurungkannya, dari pada dapat masalah baru.
Dengan berpegangan pada meja dan lemari, akhirnya Aisyah sampai juga ditempat tidurnya. Dia duduk disana sembari memegang pelipisnya yang terasa sakit.
"Mas ambilin air hangat untuk kompres luka kamu ya," kata Adam sambil berlalu pergi, tidak lama kemudian dia kembali lagi. "Aisyah, dapur sebelah mana ya?" 😅
----Next----part 15
0 komentar:
Posting Komentar