SEBUT NAMAKU LASMI MAS
#PART_2
Dengan langkah malu-malu, Rahmat mengikuti gadis itu menuju rumahnya. Lelaki itu sampai lupa akan tujuan sebelumnya. Yakni, ingin segera pulang ke rumah.
Maklum karena Rahmat termasuk ke dalam tipe lelaki playboy, tapi dia adalah pemuda yang baik hati. Itu sebabnya Rahmat begitu bahagia jika bertemu perempuan sesuai kriterianya.
Saat kakinya melangkah masuk lebih dalam menuju hutan, tiba-tiba kaki Rahmat tersangkut akar pohon, yang menyebabkan dia tersungkur dan terjerumus menggelinding hingga menabrak batang pohon yang telah tumbang.
Lasmi yang melihatnya langsung mengejar Rahmat seketika.
"Hati-hati, Mas!" teriak gadis itu dengan suara keras.
Rahmat yang tidak bisa mengelak kejadian itu sangat memprihatinkan. Tubuhnya kotor dipenuhi lumpur, ada sedikit luka lecet di dahi serta lebam akibat benturan pada batang pohon.
Lasmi mendekati Rahmat sambil mengusap wajahnya pelan.
“Mas gak apa-apa 'kan?" tanya Lasmi penuh rasa khawatir.
“I-iya, Dek. Saya baik-baik saja," jawabnya sambil menahan malu dan sakit. Lasmi tersenyum kecut melihat sikap Rahmat yang malu-malu tidak tahu kondisi.
“Akar pohon itu terlihat jelas loh, Mas! Kenapa sampai nyungsep gini, sih?" ucap Lasmi dengan nada mengejek.
"Saya benar-benar nggak lihat, Dek," kata Rahmat sambil melirik wajah cantik Lasmi.
"Ayo, Mas! Setelah pohon besar itu kita sudah sampai di rumah."
"Iya, Dek. Hari juga sudah mulai gelap," ujarnya sambil menggandeng tangan Lasmi. Kemudian lelaki itu mempercepat langkahnya. Dia tak ingin terlalu malam melewati rerimbunan hutan ini tentunya.
🍁🍁🍁
“Assalamu’alaikum, Bu, Pak."
Suara Lasmi memecah keheningan di gubuk kecil nan bersih itu. Suara hangat dari dalam ruangan terdengar lembut di telinga Rahmat.
"Walaikumsalam. Eh ... Lasmi sudah pulang, kamu sama siapa Nak?" tanya ibunya Lasmi dengan memicingkan sebelah matanya.
"Perkenalkan saya Rahmat, Bu," kata Rahmat sopan sambil mengulurkan tangan kanannya. Namun, Rahmat mendapati tangan wanita yang begitu dingin, sedingin air hujan kala itu.
Rahmat tidak memiliki rasa curiga sama sekali. Lelaki itu dipersilahkan membersihkan diri terlebih dahulu serta memakai baju bapak Lasmi.
Setelah semuanya bersih, Rahmat diajak makan malam bersama dengan menu sederhana, tapi bagitu nikmat di lidahnya.
"Em ... Dek. Bapak ke mana udah jam segini? Kenapa belum pulang?"
Di sela makan mereka, Rahmat menyempatkan bertanya mengenai bapak Lasmi yang tak kunjung terlihat dari tadi.
“Bapaknya Lasmi masih kerja, Nak. Beliau membuka kios koran dan bensin di ujung jalan sana," jawab ibu dengan menghabiskan sisa makanan.
“Oh, kira-kira bapak pulang jam berapa, ya, Bu? Karena Lasmi mau ajak saya nonton orkes di acara hajatan sekitar sini," ucapnya nampak ragu.
“Keluar saja, Nak. Ajak Lasmi, kami tidak keberatan jika kalian keluar malam ini."
Ibunya Lasmi sangat senang melihat anak gadisnya ada yang menyukai. Bahkan terlihat jelas Rahmat benar-benar serius dengan Lasmi. Mata hati seorang ibu tidak dapat dipungkiri, wanita setengah baya itu melihat gelagat jika laki-laki dihadapannya itu menyukai putri semata wayangnya.
🍁🍁🍁
Suara musik jawa terdengar sedikit pelan dan syahdu. Rahmat kala itu melihat acara pesta sangat takjub dibuatnya. Sungguh ramai sekali orang-orang yang hadir walau lokasinya di dalam hutan. Namun demikian, dia masih mendapati kursi duduk bersama Lasmi.
Di sana Rahmat melihat wajah-wajah kaku dan dingin dari para tamu undangan. Terkecuali dirinya, Lasmi dan pemain orkes jawa tersebut. Ada rasa aneh yang mulai muncul di dalam benaknya. Namun, segera dia tepis, karena tak mungkin jika dia berada di tempat yang jauh dari kehidupan manusia. Karena semua tampak normal, yang membedakan hanya para tamu undangan dan pemilik hajatan tidak sama seperti manusia pada umumnya.
“Monggo diminum kopinya, Mas," ucap Lasmi sambil menyodorkan secangkir kopi hangat. Lasmi tahu jika lelaki itu agak sedikit tegang.
“Iya, Dek, terima kasih."
Rahmat sedikit melamun dan dibuat kaget dengan kopi yang sudah ada di hadapannya beserta kue-kue manis sebagai pelengkap.
Dengan segera lelaki itu meminum kopi tersebut dan saat kopi itu masuk ke dalam mulutnya. Rahmat tersentak! Baru kali ini dia meminum kopi sepahit itu selama hidupnya.
Sebisa mungkin Rahmat meneguknya, karena tak ingin membuat Lasmi kecewa sedikit pun.
Mata Rahmat memerah tak tahan akan kepahitan kopi hitam itu. Di sisi lain, Lasmi mengetahui jika Rahmat tidak menyukai rasa kopi yang sudah biasa menjadi hidangan para tamu undangan di desanya. Namun, Lasmi hanya pura-pura diam dengan memandang Rahmat diiringi senyuman sungging ingin tertawa.
Satu jam pun berlalu, Rahmat merasa sudah lama sekali berada di pesta tersebut. Dia ingin segera mengajak Lasmi pulang, karena harus bekerja di hari esok.
Rahmat tak ingin jika meliburkan diri karena terlalu malam dan harus menginap di rumah Lasmi. Namun, takdir berkata lain, malam itu hujan sangat deras dan membuat Rahmat terpaksa bermalam di rumah Lasmi.
Sesampainya di rumah Lasmi, Rahmat tak menjumpai kedua orang tua Lasmi sama sekali. Malam semakin larut, lelaki itu menghabiskan istirahatnya di ruang tamu dengan ditemani lampu templek dan selimut tipis sebagai penghangat.
🍁🍁🍁
"Mas Rahmat, bangun! Sudah jam 6 pagi. Apa Mas tidak kerja hari ini?"
Sentuhan Lasmi kala itu membuat Rahmat tak sadarkan diri, lagi-lagi ia tak meraskan apa pun jika telah mengalami tidur yang sangat panjang malam itu.
Seketika Rahmat terbangun dan langsung berjalan menuju kamar mandi. Pakaian dinas yang kotor itu kini telah bersih sempurna tanpa adanya bekas lumpur sedikit pun. Bahkan, robekan akibat dia terjatuh kemarin juga telah dijahit sempurna.
Tanpa pikir panjang, Rahmat segera mengenakan pakaian dengan terburu-buru. Yang dia khawatirkan adalah apabila terlambat masuk kerja pada saat itu.
Di sela waktu yang ada, Lasmi mengatakan sesuatu.
“Mas ... nanti aku antar kamu ke tempat kerja, ya. Mas tidak usah khawatir, karena aku akan mengantar sampai jalan saja. Sebaiknya Mas sarapan terlebih dahulu, aku yakin ini belum terlambat."
Dengan sigap Lasmi mengambilkan makanan untuk Rahmat. Kemudian wanita itu mengantarkan Rahmat sampai pingir jalan besar, tapi jalan yang dilewati Rahmat berbeda dengan jalan waktu itu. Lasmi mengatakan jika jalan ini adalah jalan pintas menuju tempat kerjanya. Rahmat pun tak heran, karena dia orang baru. Jadi hirau akan hal tersebut.
🍁🍁🍁
"Selamat pagi Pak Rahmat. Ke mana saja sudah tiga hari tidak masuk kerja tanpa kabar berita sama sekali?" sapa salah satu staf karyawan devisi pemasaran.
Deg!
Rahmat terperanjat! Seakan tak percaya akan apa yang diucapkan oleh staf tersebut.
Detik kemudian, lelaki itu melihat tanggal pada ponselnya. Hingga membuatnya lemas dan terduduk kaget dengan apa yang dia lihat.
Ternyata ... tanggal yang tertera pada layar ponsel, sudah menunjukkan waktu tiga hari yang akan datang sebelum kepergiannya waktu itu.
Bagian 1,
Klik Disini
0 komentar:
Posting Komentar