SEBUT NAMAKU LASMI MAS
#PART_6
🌸🌸🌸
"Ma ... Mama!" Di dalam mimpi, Nyonya Ratih bertemu dengan putrinya dalam keadaan baik-baik saja. Lucy terlihat lebih dewasa dan cantik. Nyonya Ratih membelai lembut wajah putrinya yang seakan nyata, serta tak ingin melewatkan kesempatan bahagia ini apa lagi sampai terbangun dari tidurnya.
"Nak, mama kangen sama Lucy, kamu pulang ya."
Permintaan Nyonya Ratih begitu sederhana. Namun, begitu berat Lucy jawab.
Lucy hanya terdiam tidak mengeluarkan sepatah kata apa pun.
Prank!
Tanpa bisa melanjutkan mimpinya lagi, Nyonya Ratih terbangun dengan prasaan terkejut karena mendengar sesuatu yang terjatuh dari arah lantai bawah. Wanita itu mencoba beristighfar, dan turun melihat apa yang sebenarnya terjadi di sana.
Ternyata Nyonya Ratih melihat ada sekelebat bayangan seseorang yang berperawakan tinggi besar berjumlah lebih dari satu orang.
"Apa mereka itu pencuri?" batin Nyonya Ratih.
Karena merasa takut, Nyonya Ratih mengurungkan niatnya untuk memastikan siapa sebenarnya mereka. Wanita itu tak ingin celaka dan berakhir tragis, dia pun segera mengambil ponsel untuk menghubungi polisi.
"Halo, selamat malam, Pak!"
salam Nyonya Ratih kepada komandan polisi yang sudah menjadi partnernya.
"Iya, Nyonya. Ada yang bisa kami bantu malam-malam begini?" jawab suara laki-laki di seberang telepon.
"Iya, Pak. Di rumah saya sepertinya kemasukan pencuri dan mereka masih melancarkan aksinya di rumah saya saat ini!"
Ucapan terakhir Nyonya Ratih sekaligus penutup percakapan mereka.
Dengan segera, satu mobil polisi meluncur ke rumah Nyonya Ratih. Tidak membutuhkan waktu lama yang lama, para aparat itu sudah masuk di halaman rumah Nyonya Ratih.
Pencuri yang berjumlah tiga orang tersebut dibuat kaget dan menyudahi aksi mereka. Ketiganya lari melalui pintu belakang sebelum polisi berhasil menyergap mereka dari segala penjuru. Akhirnya mereka pun lolos hingga melarikan diri ke hutan yang angker nan lebat.
🍁🍁🍁
"Nak, ayo kita pulang! Hari sudah mulai pagi. Apa Lasmi gak lelah menari semalaman?"
Ibu Aminah dan Pak Husein mengajak Lasmi pulang karena azan subuh akan segera tiba. Mereka pun pulang sambil membawa beberapa buah tangan dari pemilik pesta.
Lasmi sempat heran karena bayaran yang ia terima berupa hasil kebun. Bukan alat pembayaran itu berupa uang. Sungguh di desa ini masih sangat tradisional karena menggunakan sistem barter sebagai alat pembayaran.
Sebenarnya Lasmi ikhlas, dia tidak ingin diberi apa pun saat menari. Hanya saja, kata bapak dan ibu tidak boleh menolak. Lasmi pun menurutinya.
"Ah, sudahlah. Aku lelah memikirkan kaenehan kampung ini!" gerutu Lasmi dalam hati.
"Nak, tidak usah heran dengan kehidupan kami. Lama-lama dirimu akan terbiasa."
Lasmi terperangah mendengar ucapan Pak Husein, hatinya bertanya-tanya mengapa beliau mengetahui apa yang dia pikirkan. Sedangkan Bu Aminah hanya tersenyum kecil melihat kepanikan wajah Lasmi yang nampak lugu.
🍁🍁🍁
Di ujung jurang sana, Rendi dan Dodi sedang mempertaruhkan nyawa mereka. Ketiga sekawan itu dikejar-kejar oleh makhluk besar bermata merah menyala.
"Gua belum mau mati sekarang, Dod!" rengekan Rendi membuat Dodi semakin ingin membekam mulutnya. Padahal, dia sendiri juga lebih takut dari Rendi.
"Astaghfirullah, ampunilah dosa-dosa kami berdua,.Ya Allah."
Saat seperti ini mereka yang tak mengenal Tuhan sekali pun akan meminta pertolongan pada-Nya. Karena Dzat Yang Maha Besar ada di mana pun, tidak mengenal tempat dan waktu.
"Kalau akhirnya gini, gua kagak ikut, sumpah!!" Rendi kembali mengoceh sambil memegang tangan Dodi.
"Bisa diem gak lu, bawel!" sentak Dodi sambil komat-kamit berdoa memohon perlindungan.
Makhluk besar itu tetap saja mendekati mereka, matanya tajam mengerikan seakan ingin segera menerkam kedua anak manusia tersebut.
"Mau lari ke mana kalian, ha ... ha ... ha ...." Begitulah ucapan yang keluar dari mulut makhluk itu.
Tanpa disadari, Dodi terpeleset oleh akar pohon hingga membuatnya jatuh kejurang, Rendi yang melihat Dodi yang sudah jatuh ke dalam jurang, menjerit hingga membuat dirinya pingsan diposisinya yang sedang berdiri.
Setelahnya, mahkluk itu kemudian pergi begitu saja, mungkin ini pelajaran bagi siapa saja yang berani memasuki hutan angker yang sudah tidak asing bagi warga sekitar.
Ujang yang terpisah dari kedua temannya masih fokus melihat sosok penari sinden di tengah gelapnya malam yang diterangi oleh cahaya bulan. Lelaki itu sempat ragu akan penglihatannya. Ujang masih penasaran apakah benar wanita itu manusia atau mahkuk jadi-jadian.
Ujang yang baru tersadar jika kedua temannya tidak ada di sebelahnya merasa panik.
"Ah ... ke mana mereka berdua? Malah main ninggalin aja!" ucap Ujang dengan emosi.tak karuan.
Bugh!
Suara benda jatuh dari atas pohon, Ujang segera melihat ke arah suara benda jatuh tersebut. Bentuknya bulat seperti bola lalu menggelinding mendekatinya. Benda itu memiliki lidah panjang bergerigi serta darah busuk memenuhi seluruh bagiannya.
Ujang lemas ketakutan, dia berusaha lari menghindar. Ujang terus saja berlari tanpa melihat kebelakang, lelaki itu tak ingin kalah cepat dari mahkluk menyeramkan itu.
Saat kakinya melangkah dengan kencang, tiba-tiba Ujang tersandung oleh sebuah batu Nisan.
"Astaga ... i-ini kuburan!" Ujang yang sudah kelelahan sementara waktu bersembunyi di balik batu nisan tersebut. Dia berharap pagi segera datang, dan bisa membuatnya keluar dari hutan angker ini.
Bagian 5,
Klik Disini
0 komentar:
Posting Komentar