#Pembalasan sang mantan
#Fiksi
#Part 22
Aisyah duduk melamun sembari memainkan mouse dimeja kerjanya. Fikirannya masih pada mimpinya semalam. Siapa sebenarnya Indah? Dan apa hubungan Indah dengan dirinya? Mengapa harus dirinya yang dimintai tolong? Begitu banyak pertanyaan didalam kepala Aisyah yang segera meminta jawaban.
"Aisyah..." panggilan Adam membuyarkan lamunannya. Adam tampak memperhatikan wajah gadisnya itu dengan seksama. "Kok melamun, lagi mikirin apa?" Adam bertanya.
"Aku mimpi aneh Mas semalam," jawab Aisyah sembari memakai tas selempangnya. "Ayo makan siang dulu Mas, aku udah laper," ajak Aisyah tanpa menyambung ceritanya barusan, karena perutnya sudah menuntut minta diisi. Memang sekarang sudah waktunya jam makan siang, keadaan didalam kantor pun sudah sepi.
"Ayo" jawab Adam. Mereka berjalan beriringan menuju kekantin. Tampak semua meja sudah terisi penuh, tak tersisa satupun meja kosong.
"Wow" Kata Adam sembari tertawa. "Tumben penuh," tambah Adam lagi seraya memandang Aisyah yang tampak bingung. "Kita makan diluar aja ya," ajak Adam kemudian.
"Iya deh Mas, aku udah laper banget nih," jawab Aisyah sembari memegang perutnya yang mulai bernyanyi. "Kita makan pecel lele yang ada didekat kantor kita ya Mas," ajak Aisyah.
"Oke, ayo" jawab Adam tanpa ragu. Segera mereka berdua menuju kewarung pecel lele yang ada dipinggir jalan dekat kantor. Ini adalah kali pertamanya Adam makan ditempat seperti itu. Demi gadis yang dicintainya, Adam rela membuang jauh2 gengsinya.
"Baru kali ini ya Mas makan ditempat seperti ini?" Tanya Aisyah sambil tersenyum.
Adam tertawa mendapat pertanyaan seperti itu dari Aisyah, "iya" jawabnya kemudian. "Nggak salahkan mencoba sesuatu yang baru," tambahnya lagi.
"O iya Aisyah, memang semalam kamu mimpi apa?" Tanya Adam setelah mereka selesai makan. Nampaknya Adam sangat penasaran sekali.
"Itulah Mas yang membuat aku gak bisa tidur semalam," tutur Aisyah. Kemudian Aisyah menceritakan mimpinya itu pada Adam.
Adam tampak pucat dan salah tingkah mendengarkannya, wajahnya berkeringat karena panik.
"Mas Adam, Mas gak papakan?" Aisyah bertanya dengan cemas karena dilihatnya wajah Adam tampak pucat dan berkeringat.
"Gak papa Indah," jawab Adam salah menyebut nama.
"Indah?" Aisyah mengulang jawaban Adam.
"Eee...Aisyah, maksud Mas Aisyah, maaf Mas terlalu terbawa kedalam cerita kamu," ucap Adam panik. Wajahnya makin pucat dan berkeringat. "Eee Aisyah, ayo kita kembali kekantor," ajak Adam mengalihkan pembicaraan.
"Oke" jawab Aisyah sembari melihat ke jam tangannya.
"Berapa semuanya Mas?" Tanya Adam kepada pemilik warung sambil merogo dompet dari saku celananya.
"50 ribu Pak," jawab pemilik warung.
"Ini Mas, kembaliannya ambil aja," kata Adam sembari menyodorkan uang pecahan 100 ribu kepada pemilik warung.
Aisyah tampak terkejut melihatnya. Datang kekaguman dihatinya pada sosok kekasihnya itu. Dia bukan hanya tampan, tapi juga dermawan. Sungguh dia tidak salah pilih, pikirnya.
"Terima kasih banyak Pak, terima kasih," jawab pemilik warung sambil membungkuk, matanya tampak berbinar mendapatkan bayaran yang 2kali lipat.
**********
Kegelisahan Adam akan mimpi Aisyah belum menghilang sampai tiba waktu pulang. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 9 malam saat dia akan meninggalkan kantor. Aisyah sudah pulang duluan sedari tadi sore karena pekerjaannya sudah selesai.
"Adam" terdengar panggilan saat dia membuka pintu mobil.
Segera Adam menoleh mencari asal suara, tapi tidak tampak seorangpun yang terlihat diarea parkir, sepi. Yang ada hanyalah security yang terlihat duduk diteras kantor sembari memainkan ponselnya. Lagi pula tidak mungkin security itu memanggil nama padanya.
"Jika kamu tidak mau mengakui dosa yang telah kamu perbuat, aku yang akan membongkarnya dengan caraku sendiri," terdengar suara yang begitu dikenal oleh Adam, Indah.
Adam menoleh kebelakang, kearah suara. Sosok Indah sudah berdiri dibelakangnya dengan tatapan mata yang tajam. "Indah, aku mohon Indah, beri aku waktu. Aku pasti akan mengakuinya, tapi bukan sekarang," tutur Adam memohon.
"Ucapanmu tidak bisa dipercaya. Dasar pembohong !" jawab sosok itu dengan nada tinggi.
"Betul Indah, aku hanya butuh waktu. Tolong mengerti aku," ucap Adam.
"Pak" tiba2 seseorang memanggilnya.
Segera Adam menoleh, ternyata security kantornya sudah berdiri tidak jauh darinya. Entah dari kapan dia berdiri disitu, Adam tidak menyadarinya.
"Pak Adam gak apa2?" Tanyanya kemudian.
"Eee...gak apa2," jawab Adam gugup sembari melihat kearah dimana sosok Indah berdiri tadi, tapi sosok itu sudah tidak ada lagi disana.
"Saya pikir ada apa," ucap security itu. "Hati2 Pak dijalan, selamat malam," tambahnya kemudian.
"Oke, selamat malam," jawab Adam kemudian masuk kedalam mobilnya dan segera berlalu. Indah....sungguh dia tidak mau mengerti dengan keadaan Adam. Rasa takut ditinggalkan Aisyah lebih besar ketimbang rasa takut akan teror sosok mantan.
Adam menyusuri jalanan yang masih ramai dengan fikiran yang entah mengembara kemana. Aisyah, gadis pujaannya itu apa mau menerimanya dengan semua masa lalunya yang begitu kotor? "Aisyah, aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu," teriak Adam seperti orang gila.
Berkali2 Adam memukul stir mobilnya bila mengingat masa lalunya. Mengapa dulu dia sebejat itu, melakukan maksiat, menghamili anak gadis orang, bahkan membunuh. "Ya Tuhan...ampuni dosa2ku," teriaknya lagi.
**********
Adam belum bisa tertidur hingga larut malam, fikirannya sangat kacau. Dia mengambil ponselnya, ingin rasanya menelepon Aisyah, tapi waktu yang mengurungkan niatnya. Sudah pukul 1 dini hari, tidak pantas rasanya menelepon seseorang selarut ini, lagian paling juga Aisyah sudah tidur.
Tapi, gak salah tentunya bila menghubungi pacar sendiri? Pikir Adam.
-----Next-----episode 23
0 komentar:
Posting Komentar