SEBUT NAMAKU LASMI MAS
#PART5
🌸🌸🌸
Selama dirawat di rumah Pak Husein dan Bu Aminah. Lucy mengalami lupa ingatan dan tak mengingat sama sekali apa yang dia alami sebelumnya. Kebetulan Pak Husein dan istrinya tidak memiliki anak. Maka dari itu sepasang suami istri itu mengangkat Lucy sebagai anak kandungnya sendiri.
Hari-hari mereka lalui dengan bahagia, Lucy yang nampak sedih awalnya kini mulai terlihat aura keceriaan. Tidak dapat dipungkiri jika batinnya masih ada rasa perih yang teramat dalam. Namun, dia tidak bisa mengungkapkan dengan jelas mengenai hal mengerikan tersebut.
Bu Aminah dan Pak Husein memberi nama Lasmi kepada putri angkat mereka, karena waktu itu Lucy sempat membisu selama satu minggu menjelang kepulihan, hingga membuat keduanya bingung harus memanggil dengan nama siapa.
Setelah beberapa pekan dirawat, Mereka berdua sangat senang melihat perkembangan putrinya, Lasmi kembali sehat walafiat, dia kini sudah pulih dan bukan menjadi Lucy yang dulu. Lasmi terbebas dari hiruk pikuk dunia serta menetap di hutan bersama orang tua angkatnya.
"Pak, Bu. Kenapa jika siang hari suasananya begitu sepi dan lengang? Ke mana orang-orang di desa ini?" tanya Lasmi ketika sedang duduk santai setelah sarapan pagi itu.
"Mereka semua ada di dalam rumah masing-masing, Nak," jawab pak Husein yang sedang asik menikmati kopi pahit di ruang tamu.
"Tapi mengapa jika di malam hari kampung ini ramai sekali?"
Lasmi masih saja penasaran dengan tempat tinggal barunya.
"Suatu saat nanti kau akan mengetahuinya, Nak," ucap Bu Aminah dengan penuh arti.
"Bapak mau berangkat kerja dulu, ya!Sambil menenteng tas kecilnya, pak Husein berpamitan kepada kedua wanitanya.
"Hati-hati, ya, Pak. Jangan lupa oleh-olehnya, hehehe ...," canda Lasmi pada ayah angkatnya.
🍁🍁🍁
Di kediaman Nyonya Ratih kini sudah tidak ada lagi kebahagiaan. Wanita setengah baya itu dikejutkan dengan bau anyir darah yang telah membusuk selama tiga hari. Rumah itu bagai rumah hantu yang kacau balau. Dia mendapati Budi telah tewas mengenaskan serta putrinya yang hampir setengah tahun tak kunjung kembali.
Nyonya Ratih sangat shock melihat kejadian yang di luar nalarnya tersebut. Tak lupa dia menyerahkan ke pihak berwajib untuk mengusut tuntas mengenai apa yang terjadi. Namun, polisi saat itu belum bisa memecahkan kronologi kejadian yang menimpa keluarga Nyonya Ratih. Mereka kehilangan jejak Lucy, dan Bi Darmi hanya bisa pasrah karena dia tidak tahu apa yang harus dia katakan pada majikannya. Namun yang pasti, beliau hanya disuruh pulang kampung oleh mendiang Budi.
Nyonya Ratih sering sakit-sakitan, tak tahu harus ke mana mencari Lucy. Dia selalu drop dengan kondisinya saat ini. Hanya Bi Darmi yang setia menemaninya kala itu.
"Nyonya yang sabar, ya. Semoga nona Lucy segera ditemukan dan bisa berkumpul kembali di rumah ini," ucap Bi Darmi saat memijit kaki majikannya. Nyonya Ratih bergeming, matanya menyiratkan begitu banyak luka. Hatinya pun perih bagai tersayat sembilu. Wanita itu tak bisa mengucapkan sepatah kata pun jika mengenai putrinya. Rumah yang dulunya ceria kini tak ada lagi.
Hanya meninggalkan kepiluan serta kepedihan bagi siapa saja yang mengalaminya.
🍁🍁🍁
Saat malam hari, Lasmi selalu diajak jalan-jalan oleh orang tua angkatnya. Kebetulan malam ini ada pesta pernikahan tetangga yang lumayan jauh dari tempat tinggalnya. Katanya di sana banyak hiburan yang memang sengaja diadakan untuk penduduk desa setempat.
Sesampainya di lokasi pesta, Lasmi dibuat terkagum-kagum melihat tarian sinden tersebut. Wanita itu terbawa suasana dan mengatakan ingin ikut menari sinden di atas pentas sederhana yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Dengan pakaian seadanya, Lasmi menjelma menjadi wanita penari sinden yang amat cantik. Tak lupa dia mengenakan selendang dari salah satu penari tersebut.
Lasmi naik ke atas pentas dengan sangat anggun. Wanita cantik itu menari mengikuti irama gamelan musik dengan lincahnya. Entah dari mana sebelumnya dia miliki keahlian menari. Selama menari, Lasmi membuat para penonton bersorai mengaguminya.
🍁🍁🍁
"Ayo lari cepetan! Lu mau kita ketangkap polisi bego?!" Suara Ujang terengah-engah menghindari kejaran polisi. Dia bersama kedua orang temannya telah berhasil merampok sebuah rumah besar dan masuk ke dalam hutan di tepi desa yang konon terkenal angker.
"Gua lebih baik ketemu setan daripada harus ketangkap polisi," seloroh Dodi yang tak mau kalah lari melewati Ujang dan Rendi.
"Duh, nyasar kita! Awas beneran kalau ketemu setan. Yang ada malah kencing di celana! Hahaha ...."
Dengan entengnya Rendi menimpali kawannya tersebut.
"Berhenti gua capek!" sela Ujang sambil membungkukkan badannya di sertai napas tersengal-sengal.
Mereka bertiga beristirahat di bawah pohon besar yang banyak akar-akar lebat menggantung. Menyeramkan memang, tapi Ujang, Rendi dan Dodi tak menghiraukan itu semua. Mereka bertiga merasa lega karena terhindar dari kejaran polisi yang hampir saja berhasil membekuknya malam itu.
"Selamat ... selamat. Gua belum mau masuk penjara untuk waktu dekat ini," ucap Dodi yang baru mengikuti jejak kedua temannya.
"Sssttt! Dengar gak, ada suara gamelan musik? Sepertinya nggak jauh dari sini."
Sambil menajamkan pendengaran, mereka bertiga cukup dibuat merinding oleh suara gamelan tersebut.
"Sumpah ... mana ada di tengah hutan begini orang ngadain hajatan," jawab Rendi yang tak percaya akan hal-hal gaib.
Namun, semakin malam, semakin keras suara alunan musik gamelan itu. Sehingga membuat mereka penasaran dan memutuskan mencari suara musik tersebut.
Setelah berjalan beberapa meter, Ujang dikagetkan dengan adanya wanita cantik menari sendirian ditengah hutan lebat sembari berlenggak-lenggok dengan lenturnya bagai penari yang sudah kawakan.
"Kalian lihat itu, gak? Gua lihat ada yang nari di tengah hutan malam-malam begini sendirian.
Ujang yang sudah ketakutan tak kuat lagi rasanya ingin berlari, tak mungkin ada manusia menari di tengah hutan sendirian tanpa penerangan sedikit pun.
Di sisi lain, Rendi dan Dodi diperlihatkan dengan sosok tinggi besar berwarna putih dengan mata merah menyala. Mereka berdua pun terkencing di celana.
Entah makhluk apa itu sebenarnya, tapi sungguh membuat mereka sangat jera dan ketakutan serta pontang-panting berlari hingga berakhir di ujung jurang.
Bagian 4,
Klik Disini
0 komentar:
Posting Komentar