SEBUT NAMAKU LASMI MAS
#PART_8
🌸🌸🌸
Semenjak kediamannya dimasuki oleh pencuri. Nyonya Ratih lebih berhati-hati dan waspada. Dia yang awalnya hannya menginginkan putrinya kembali, kini mulai tidak memiliki harapan. Sudah hampir satu tahun dia tidak mendapatkan kabar apa pun dari pihak kepolisian, beliau sudah putus asa dan memasrahkan semuanya kepada Yang Mahakuasa.
Berbeda dengan Bi Darmi yang selalu meyakini bahwa Nona Lucy pasti kembali dan masih hidup, karena Bi Darmi masih merasakan kehadiran putri majikannya tersebut ketika dia tengah terbangun di malam hari.
Pernah suatu ketika Bi Darmi tak sengaja mendengar suara wanita di kamar Lucy, dia pun segera mendekat dan menempelkan telinga kirinya pada pintu kamar tersebut.
Perlahan tapi pasti, itu adalah suara Nona Lucy, dengan penuh penasaran Bi Darmi berjalan pelan. Kedua kakinya menjinjit mengambil kursi dan kembali lagi tepat di depan pintu kamar.
Dengan keyakinan yang ada, wanita itu mencoba menaiki kursi. Detik berikutnya, mata Bi Darimi terbelalak. Seakan tak percaya dengan apa yang dia saksikan lewat lubang pada celah ventilasi, yang tepat menunjukkan posisi seorang wanita terlentang sedang asik belajar di atas ranjang Lucy.
Bi Darmi menggosok-gosok kedua matanya dengan beberapa jari tangan. Saat sedang mengedipkan mata, sosok Lucy yang berada di ranjang kini berubah menjadi wanita yang sangat menyeramkan. Sosok tersebut dibaluri banyak darah dengan wajah menyeringai, menatap tajam ke arah Bi Darmi.
Bi Darmi sontak terkejut sehingga tubuhnya terhempas ke lantai. Menimbulkan suara keras diikuti jatuhnya kursi kayu yang dia gunakan sebagai penopang tubuhnya kala itu.
Brak!
Suara itu membuat Nyonya Ratih terbangun. Matanya langsung tertuju pada jam dinding di dekat stop kontak. Kemudian dia langsung menyalakan lampu kamarnya.
Perasaan yang masih was-was akan pencuri yang masuk beberapa waktu yang lalu membuatnya menjadi dilema. Nyonya Ratih pun mengurungkan niat untuk mencari sumber suara benturan benda tumpul yang sangat kuat di sebelah kamarnya.
Tanpa ragu, Nyonya Ratih kembali menghubungi pihak kepolisian untuk segera mendatangi rumahnya untuk kesekian kalinya.
🍁🍁🍁
Gelap menyapa kedua pria yang dilanda ketidak pastian, mereka diselimuti rasa takut dan lelah yang sangat luar biasa. Haus, lapar menjadi satu. Apa mungkin mereka bisa kembali ke alam manusia dengan selamat?.
Ujang yang menjadi leader bagi Rendi mengalahkan segala cara agar bisa menemukan jalan raya. Di mana awal mula mereka masuk ke dalam hutan angker yang berubah menjadi hutan yang dipenuhi duri-duri tajam diikuti hal aneh yang memburu dua insan tersebut.
Ujang dan Rendi tak menyadari bahwa mereka hnnya berputar-putar di tempat. Tanpa bisa lolos dari semak berduri yang siap melukai kulit polos mereka.
"Sial! Udah gelap begini kita masih gak bisa menemukan jalan keluar," ucap Ujang dengan sedikit menyentakkan kakinya.
"Sabar ... mungkin sebentar lagi kita akan menemukan seseorang yang bisa nolongin kita," balas Rendi penuh ketabahan.
Benar saja, mereka menemukan gubuk tua sebagai tempat bernaung di gelapnya malam. Ada makhluk berbentuk bola api mengikuti dari arah atas dengan mengeluarkan lidah panjang disertai air liur menetes berwana merah seperti bara api. Siapa pun yang terkena tetesan air liur dari mahkluk itu, sudah dipastikan akan melepuh seluruh tubuhnya.
Rendi beristighfar melihat bola api yang berada tepat di atas mereka. Tanpa pikir panjang dia menarik tangan Ujang untuk berlari secepat mungkin. Tak dihiraukannya perkataan Ujang yang tak jelas dengan apa yang dia ucapkan.
Menerobos tanaman berduri adalah jalan satu-satunya. Dari pada harus menjadi debu dengan sia-sia. Darah segar pun mulai mengalir di kedua lengan mereka. Rasa perih yang teramat pasti dirasakan, tapi tak sebanding jika menjadi santapan sosok api yang mengeluarkan lava dari lidahnya.
Saat mereka sudah benar-benar kehabisan tenaga, di sinilah terlihat gubuk tua yang bersih dengan penerangan lampu templek dibagian depannya. Ujang dan Rendi memutuskan menumpang menginap malam ini di rumah tua itu.
Rendi mencoba mengetuk pintu. Namun, sebelum tangan Rendi menyentuh dahan pintu, mereka berdua dikejutkan dengan pintu yang terbuka dengan sendirinya.
Kriet!
Pintu tersebut terbuka dengan hembusan angin kencang. Seolah ada yang menariknya dari dalam.
"Masuk lah, Nak!"
Terdengar suara wanita tua yang telah lanjut usia. Membuat bulu kuduk keduanya meremang seakan menandakan hawa makhluk astral yang kuat berada di dekat mereka.
Untuk kali keduanya terdengar sapaan dari dalam.
"Mari masuk, Mas!"
Kali ini suara yang berbeda. Yaitu suara lembut dan halus yang menandakan suara wanita muda.
Ujang dan Rendi berusaha tenang, dengan mengucap salam dan bismillah, keduanya masuk ke rumah tua tersebut tanpa ragu sedikitpun. Mereka meyakini, jika niat mereka baik, pasti mereka berdua akan selamat.
Bagian 7,
Klik disini
0 komentar:
Posting Komentar