#Pembalasan sang mantan
#Fiksi
#Part 30
Kecewa sudah pasti kecewa, sakit hati, itu juga sudah pasti. Tapi kejujuran Adam dengan mengakui kesalahannya dimasalalu dengan konsekuensi hancurnya hubungan asmara mereka masih menjadi pertimbangan Aisyah. Apalagi dilubuk hati gadis itu masih ada cinta yang tersimpan untuk Adam.
Tetapi, ancaman Daffa untuk mencelakai Adam membuat Aisyah harus menjaga jarak. Dan sekarang, Daffa juga masih sibuk mengurus perceraiannya. Laki2 itu benar2 sudah gila. Demi untuk mendapatkan Aisyah, dia tega menceraikan istrinya dan tidak memperdulikan anaknya.
"Daffa, aku mohon kamu mau mempertimbangkannya lagi, kasihan istri dan anakmu," ucap Aisyah pada suatu ketika.
"Tidak ada yang harus dipertimbangkan Aisyah, aku tidak pernah mencintainya, cintaku hanya untuk kamu," jawab Daffa keras kepala.
"Tapi..."
"Aisyah...keselamatan Adam ada ditanganmu," Daffa memotong ucapan Aisyah sebelum sempat gadis itu menyelesaikannya.
Aisyah tertunduk, dia tidak dapat lagi membantah. Inikah laki2 yang dulu dicintainya? Inikah laki2 yang dulu akan menjadi suaminya? Mungkin inilah sebabnya kenapa Tuhan memisahkan mereka, gadis sebaik Aisyah tidak patut mendapatkan laki2 bejat macam Daffa.
**********
Adam masih duduk melamun diteras rumahnya ketika Yudi sahabatnya datang berkunjung. "Hei Dam, kamu kenapa?" Tanya Yudi membuyarkan lamunannya.
"Eh Yud, kapan pulang?" Adam balik bertanya tanpa terlebih dahulu menjawab pertanyaan sahabatnya itu.
"Kemarin. Nih oleh2 buat kamu," kata Yudi sembari menyodorkan sebuah paper bag.
"Aduh makasih Yud, kata Adam sembari menerima paper bag itu dan membukanya. Sebuah tshirt berwarna hitam bertuliskan Dagadu, persis seperti yang dipakai Yudi. "Wow...dagadu yogya," kata Adam. Segera dia melepaskan baju yang dipakainya dan berganti dengan tshirt yang dibawakan Yudi. "Makasih ya bro," katanya kemudian.
"Sip" jawab Yudi singkat.
"Jadi gimana usaha kamu diYogya, lancar?" Adam bertanya.
"Lumayan Dam, dan sekarang rencananya aku mau buka cabang dikota lain," jawab Yudi.
"Selamat ya bro, mudah2an semuanya lancar," kata Adam. Yudi membuka usaha restoran diYogya dengan bantuan modal dari Adam, dan kini sepertinya usahanya mulai berkembang.
"Bagaimana hubunganmu dengan Aisyah Dam? Kalian gak jalan, inikan hari libur?" Yudi bertanya.
Adam tampak menarik nafas dengan berat, wajahnya berubah murung seketika.
**********
Malam ini, Adam bermaksud pergi kerumah Aisyah, fikirannya benar2 tidak tenang. Dengan menggunakan kemeja panjang polos warna grey yang digulung sebatas siku dan dipadu dengan jeans warna hitam, Adam terlihat begitu tampan.
Segera ia berangkat dengan menggunakan mobilnya.
Setelah sampai didepan rumah Aisyah, Adam memarkir mobilnya dipinggir jalan dan dengan langkah penuh keyakinan ia memasuki halaman rumah gadis yang dicintainya itu.
"Tok..tok..tok.." Adam mengetuk pintu yang dulu pernah didobraknya saat akan menolong Aisyah. "Assalamu'alaikum" tambahnya mengucap salam. Lama tak ada jawaban, bahkan tanda2 kehidupan didalam rumah itupun tak ada.
Adam duduk tertunduk dikursi teras rumah Aisyah sembari memijit2 keningnya yang terasa sakit. Entah pergi kemana gadis pujaannya itu, mungkinkah bersama Daffa? "Aisyah" gumamnya lirih.
Adam tidak beranjak dari tempat duduknya, dia bermaksud menunggu Aisyah. Dilihatnya jam yang melingkar dipergelangan tangannya, sudah pukul 22.05, Aisyah belum juga pulang. Untuk menghilangkan rasa jenuhnya, dia memainkan game dari ponselnya.
Tidak begitu lama, Aisyah pulang diantar oleh Daffa. "Mas Adam" Aisyah memanggil lirih.
"Ngapain anda disini !" Tanya Daffa dengan emosi.
"Aisyah, Mas perlu bicara," kata Adam tanpa memperdulikan pertanyaan Daffa.
"Heii...jangan lagi ganggu Aisyah, Aisyah pacar saya," kata Daffa memberi tau. "Cepat pergi dari sini !" Bentak Daffa kemudian.
"Aisyah..." Adam memanggil.
Aisyah hanya terdiam sembari menunduk dengan sesekali membetulkan ujung hijabnya yang terjuntai.
"Aisyah, Mas mohon Aisyah, izinkan Mas untuk bicara," kata Adam menghiba, matanya berkaca2.
"Pak Adam...." belum sempat Daffa berkata, Aisyah memotongnya.
"Biarkan kami bicara berdua Daffa," ucap Aisyah.
"Tapi Aisyah..."
Aisyah mengangkat tangan kanannya sebagai isyarat untuk Daffa berhenti bicara.
"Oke, tapi gak lama2," kata Daffa kemudian berlalu meninggalkan Adam dan Aisyah berdua.
"Aisyah, terimakasih sudah mau meluangkan waktu untuk Mas," kata Adam begitu Daffa sudah pergi.
"Jadi maksud Mas gimana?" Aisyah bertanya.
"Aisyah, Mas minta maaf kalau Mas sudah membuat kamu kecewa. Tapi Mas sungguh2 menyesal Aisyah," kata Adam. "Mas betul2 sudah berubah," tambahnya lagi.
"Mas, sepertinya..." Aisyah menghentikan ucapannya. Wajahnya tertunduk, tampak ia begitu sedih.
"Sepertinya apa Aisyah?" Adam terlihat tidak sabar. Dia tampak memperhatikan Aisyah yang terus menunduk.
"Sepertinya hubungan kita sampai disini saja," kata Aisyah menyambung ucapannya yang terputus.
"Aisyah, kamu serius?" Tanya Adam seolah tidak percaya. "Jangan seperti itu Aisyah, Mas tau masih ada cinta dihati kamu untuk Mas, Mas bisa lihat itu dari mata kamu," kata Adam sok tau.
"Tapi Mas..."
"Waktu kalian sudah habis," kata Daffa dengan nada datar. Laki2 itu tiba2 muncul memutus ucapan Aisyah. "Aisyah, cepat masuk, sudah malam, nanti kamu sakit," kata Daffa lembut pada Aisyah.
Segera Aisyah beranjak masuk dan menutup pintu. Entah apa yang ada difikirannya saat ini. Terdengar dia menangis dibalik pintu.
"Aisyah, Mas belum selesai bicara Aisyah," panggil Adam sembari mengetuk2 pintu.
"Cukup !" Bentak Daffa sambil menarik lengan Adam yang masih mengetuk pintu. "Jangan sampai saya berbuat kasar lagi," tambah Daffa.
"Anda jangan halangi saya, Aisyah cuma mantan pacar anda..." kata Adam geram melihat kelakuan Daffa yang sok menguasai Aisyah.
"Anda !" Bentak Daffa sembari meghantamkan tinjunya diperut Adam. Seketika Adam tersungkur sembari memegangi perutnya yang terasa sakit.
"Mas Adam..." teriak Aisyah sambil berlari keluar dan menghampiri Adam yang masih tersungkur.
----Next---- Episode 31
Mungkin sekarang penampakannya sudah hilang dan berganti dengan sosok yang bisa melukai....(Daffa) dan saya rasa ini lebih dari sekedar horor. Semoga pembaca sekalian tidak kecewa.
0 komentar:
Posting Komentar