Cerita sedikit ya, Bolehkan??
ini tentang masa kecilku saat aku masih kelas 3 SD.
Aku ingat betul Saat Bapak berpulang,
Kala itu aku masih 3 SD dan sedang memasak ketupat karena ingin merasakan makan ketupat.
Baru beberapa menit aku menempatkan panci diatas kompor.
Kudengar ada beberapa orang datang bertamu dan berbisik lirih kepada ibu.
Aku tak begitu jelas mendengarnya.
Yang ku tangkap hanya "Pak Pri pun boten wonten *(Pak Supriadi sudah meninggal .red)*
Aku hanya berpikir itu tamu biasa yang sedang mencari Bapak.
Tak beberapa lama, Ibu menangis kencang meneriakkan nama Bapak. sambil menuju kamar.
Sontak aku yang berada di dapur pun kaget dan hanya melongok dari ruang belakang. Kemudian kembali ke panci sambil merenung.
Tetangga sebelah rumah yang mendengar teriakan ibu seketika berlari kerumah begitu mendengar ibu berteriak.
Nyatanya, beberapa tetangga sudah mendengar kematian Bapak. Hanya aku dan keluarga yang memang sengaja tidak diberitahu
Entah bodoh atau gimana, aku yang masih kelas 3 SD tidak mengetahui apa yang terjadi.
Ketika mendengar kabar ayah tidak ada, dalam hati aku berkata "kalau Bapak tidak ada, siapa yang memberi uang saku ketika sekolah besok?"
Tetangga mulai berdatangan. Panci tempat ketupat yang sedari tadi ku tunggui, tiba tiba diangkat oleh seseorang.
"Dek, ketupat nya dimasak nanti saja ya." Ucapnya.
Aku hanya mengangguk dan tiba-tiba air mata menetes. Namun aku juga tidak tahu mengapa bisa menangis.
Aku bingung harus bagaimana. Selama ini tidak pernah ada orang seramai ini yang tiba-tiba datang kerumah.
Aku ingat betul Adikku dan si bungsu di ajak budhe untuk menjauh dari keramaian.
Kemudian, tangis ibu pun kembali terdengar. Kali ini agak kencang dari sebelumnya. Kemudian, tangis ibu pun kembali terdengar. Kali ini agak kencang dari sebelumnya.
Bulu kudukku mulai merinding kali ini.
Seseorang mendekatiku. Aku lupa itu siapa. "Lee. Sampean babuk o ae, mengko lek ketupat e matang tak gugah"
(Nak, tidurlah dulu, nanti kalau ketupatnya matang aku bangunkan lagi.red)
Dengan polosnya aku mengiyakan ucapannya.
Kemudian ia menuntunku ke kamar agar aku tidur.
. .
Kira-kira Magrib aku terbangun,
Aku berjalan keluar kamar dan masih kutemui keramaian dirumahku.
Tanpa aku tahu, Bapak sudah dikuburkan, tanpa aku dapat melihat wajah terakhirnya.
Ayah, maafkan anakmu yang tidak tahu kapan ayah pulang.
Bahkan anakmu ini tidak sempat melihat wajahmu untuk kali terakhir.
Entahlah, aku rindu
Maafkan anakmu yang mungkin telah gagal.
Maafkan aku yang belum bisa memuliakanmu.
Aku menyesal aku belum mengerti apa2 kala itu
0 komentar:
Posting Komentar